Thursday, March 19, 2009

PENDIDIKAN YANG MEMANDIRIKAN

Semua makhluk hidup pasti secara alamiah di ciptakan Tuhan secara mandiri, dalam semua hal. Cobalah lihat saudara-saudari kita makhluk Tuhan yang lainnya apakah itu binatang maupun tanaman. Mereka semua diciptakan dalam keadaan yang mandiri karena dalam kehidupan yang dibutuhkan oleh makhluk Tuhan adalah mandiri untuk melangsungkan hidup dan berjuang untuuk tetap hidup dalam kondisi apapun.

Oleh karenanya, makhluk hidup yang namanya manusia menciptakan sistem pendidikan yang tujuannya adalah untuk mendidik manusia untuk siap dan selalu mandiri dalam menghadapi tantangan kehidupan. Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang membebaskan peserta didiknya dari segala hal yang membuatnya dia terikat, dia harus bebas dan benar-benar merdeka.


Berbicara soal pendidikan, di bangsa dan negara Indonesia sendiri di bentuklah Departemen Pendidikan Nasional; suatu departemen ditingkat pemerintahan pusat negara ini untuk menjalankna peran sebagai institusi resmi yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan pendidikan di negara ini. Oleh karenanya, dunia pendidikan yang lebih lazimnya disebut sekolahan di negara ini mulai dibentuk ditingkat dasar sampai dengan Perguruan tinggi, harapan dibentuknya lembaga pendidikan ini adalah kembali kepada fungsi awal diadakannya lembaga ini yakni, untuk menciptakan manusia-manusai yang mandiri dan bisa survive dalam mengarungi kehidupan ini.


Sudahkan institusi pendidikan di Indonesaia menciptakan peserta didik seperti yang cita-citakan dalam momentum awal didirikannya lebaga pendidikan ini?. Masih terlalu naif, apabila kita mengatakan bahwa lembaga pendidikan sukses untuk menyelenggarakan sistem pendidikan sebagaimana mestinya, yakni untuk memandirikan peserta didiknya. Kita lihat sendiri, begitu banyak pengangguran yang ada di negara ini, dan kalau misalnya kita coba evaluasi lebih dalam lagi, apakah mereka tidak berpendidikan? Jawabnya, hampir mayoritas pengangguran yang ada di Indonesia adalah orang-orang yeng terdidik atau bisa dikatakan mereka-mereka ini adalah manusia yang pernah mengenyam dunia pendidikan.


Bisakah kita mengatakan bahwa sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan selama ini gagal dalam menjalankan fungsinya? Dan apakah dunia pendidikan Indonesia sudah tidak bisa memandirikan peserta didiknya?. Tidak juga, karena di negeri ini masih ada pola pengembangan dunia pendidikan yang tidak berkiblat pada Departemen Pendidikan saja, masih ada dunia pendidikan lainnya yang sering disebut dengan dunia pesantren. Dari dunia pendidikan inilah, malahan bisa kita temui begitu banyak metode dan sisitem pendidikan yang lebih memandirikan. Dengan mencoba untuk mengembalikan manusia pada unsur-unsur alamiah mereka, yang pada dasarnya adalah makluk yang mandiri dan mampu untuk selalu survive dalam menghadapi tantangan kehidupan ini.

Memang agak ironi, bila kita melihat perkembangan dunia pesantren yang ikut serta dalam mengembangkan dunia pendidikan di negara ini, ketika kita mengetahui bahwa sumbangsih atau keberpihakan pemerintah terhadap dunia ini masih bisa di bilang minim. Apabila di bandingkan dengan sekolah-sekolah formal yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional.


Banyak kita lihat bahwa, jebolan-jebolan pesantren (alumni) lebih bisa survive dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Agak kontras bila dibandingkan dengan jebolan sekolah formal. Memang dapat diakui, bahwa untuk mengisi kekosongna lowongan kerja memang lebih banyak di isi oleh para lulusan pendidikan formal, hal ini bisa dikatakan wajar dikarenakan bahwa mereka memang dididik untuk mengisi lowongan tersebut, akan tetapi yang jadi permasalahan lanjutnya adalah; sejauh mana lowongan kerja yang ada bisa menampung semua peserta didik yang ada? Masih banyak bagian yang belum tertampung dan hal inilah yang harus diperhatikan oleh institusi pendidikan. Peserta didik formal yang tidak tertampung, mau tidak mau harus menunggu kalau ada posisi lowongan lagi, kalau tidak ada ya..... menunggu terus dan inilah yang disebut sebagai pengangguran.


Hal ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan lulusan pendidikan pesantren, dari pengamatan penulis dapat di simpulkan bahwa mereka-mereka yang lulusan pondok pesantren lebih mandiri dan bisa dikatakan memiliki daya juang yang lebih bila dibandingkan dengan mereka-mereka lulusan pendidikan formal.


Memang kembali lagi, faktor keberpihakanlah yang belum diperoleh peserta didik dari dunia pesantren, selamat berjuang kawan, engkau telah mendapatkan pendidikan yang selayaknya, pendidikan yang mencerdaskan dan memerdekakan peserta didiknya dari segala belenggu keterikatan hidup...

No comments:

Post a Comment