Wednesday, April 15, 2009

Politik, Politikus dan Parlemen KITA

POLITIKUS dan PARLEMEN SEJATI

Dalam sejarah perkembangan berbangsa dan bernegara ini, sudah tertoreh dalam lembaran sejarah, bahwa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, pernah mengalami masa dimana sesama anak bangsa di “adu domba” untuk kepentingan para penjajah. Menurut sejarah modern, dan yang sering kita dengar, bahwa negara ini pernah di jajah oleh negara asing semisal Portugis, Belanda, Jepang dan lainnya, minimal kalau dihitung dengan rentang waktu adalah 3,5 abad (tiga ratus lima puluh tahun). Waktu yang tidak sebentar dalam rentang masa kehidupan generasi manusia. Suatu yang sangat ironi bahwa, para penjajah kalau dilihat secara geografis, tidak memiliki luas wilayah lebih besar dari sepertiga luas negara Indonesia.

Dari fakta sejarah tersebut, apa yang bisa kita ambil pelajaran untuk memajukan bangsa dan negara tercinta ini? Karena penjajahan akan selalu terus dihidupkan. Perkembangan modus penjajahan di era modern ini sangat halus, tidak seperti jaman dahulu, dimana penjajahan dilakukan dengan melakukan pendudukan secara fisik di suatu wilayah geografis tertentu, dan rakyatnya dijadikan budak untuk memuaskan nafsu sang penjajah. Akan tetapi penjajahan modern ini sudah mulai dengan dibuatkannnya aturan-aturan gaya baru (kode etik) yang mengatas namakan masyarakat dunia, dengan pembuatan standar-standar ganda untuk kepentingan negara-negara neokolonialis. Coba kita rasakan, isu tentang HAM, Demokratisasi, isu lingkungan, standar mutu, dan masih ada banyak-banyak standar dengan aneka macam warnanya. Yang agenda utamanya jelas, bahwa mereka tetap ingin melakukan penjajahan kepada negara-negara yang secara de fakto dulu pernah mereka jajah secara fisik.

Sebagai negara yang “merdeka”, kita harus benar-benar menjaga anugerah ini. Jangan sampai terlena dengan kamuflase yang dibuat oleh neokolonialis. Makanya kita harus menjadi negara yang kuat, negara yang mandiri dari segenap aspek kehidupan bernegara. Negara yang memiliki relasi yang luas, dimana hubungan antar negara ini dilandasi oleh semangat kesetaraan dan saling pengertian, bukannya hubungan yang saling menelikung apabila ada kesempatan. Oleh karenanya, kita harus merombak dan sekaligus membuat tata aturan yang membuat negara ini benar-benar merdeka. Merdeka yang sesungguhnya, bukan merdeka yang semu. Oleh karenanya, kita harus menguatkan parlemen kita, karena dari sinilah pangkal ujung permasalahan itu bermuara. Karena dari lembaga inilah, landasan hukum atau aturan main untuk menata kehidupan bernegara ini dimulai.

Kita harus membersihkan parlemen kita ini dari para politikus-politikus busuk, yang hanya mementingkan diri pribadi atau kelompoknya saja, dengan mengesampingkan kejayaan dan kemakmuran negara tercinta ini. Jangan mau dihasut, dan jangan mau lagi diadu domba. Karena seperti yang dipaparkan di atas, bahwa salah satu ciri penjajahan di era modern adalah dengan melakukan politik adu domba, dan sekarang kalau kita lihat dengan seksama bahwa kenyataan dan kemungkinan untuk di adudomba begitu terbuka. Coba lihat para politikus kita, mereka hanya mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya saja, saling menjegal untuk menjadi penguasa dengan segala cara. Dan yang tak kalah mengerikan, bahwa mereka juga menggunakan bantuan (apakah di sengaja atau tidak) negara-negara asing yang tentunya merekalah yang akan menjadi kolonialis-kolonialis baru di jaman modern ini.

Dengan memlih para politikus yang teruji rasa nasionalismenya, harapan kita bersama bahwa produk perundang-undangan yang dibuat akan menjadikan negara ini merdeka dan mencapai puncak kejayaannya. Tidak ada lagi produk perundang-undangan yang menciptakan penjajahan dengan modus yang baru, semisal menguasai sumber daya alam yang melimpah oleh pihak asing (neokolonialis) dan hanya membagi dengan proporsi yang sangat-sangat kecil untuk negara kita. Tidak hanya produk perundang-undangan tentang penguasaan sumber daya alam, tata kelola sumber daya manusia dan semua hal yang menyangkut tata kelola berbangsa dan bernegara ini juga harus di perhatikan, jadi disini bahwa harapan kita akan terciptanya produk perundang-undangan yang memihak kepada kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah sebuah kebutuhan, dan tentunya hal ini bisa tercapai apabila parlemen kita diisi oleh orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi dan memiliki semangat nasionalisme, demi kejayaan negara tercinta ini. Indonesia yang merdeka adalah tujuan kita bersama. Mari kita awasi pengelolaan negara ini, dan kita tetap meletakkan kepentingan berbangsa dan bernegara ini diatas kepentingan pribadi atau kelompok kita. Jangan kita gadaikan bangsa ini dengan nilai yang murahan dengan kekuasaan yang semu. Hiduplah bangsaku, merdekalah negeriku, kejayaan dan kemakmuran menyertaimu... Indonesia.

Indonesia Raya adalah sebuah cita-cita luhur dan sebuah keniscayaan dalam hidup ini.


Pemuda dan Masa Depan Bangsa

MASA DEPAN BANGSA BISA DILIHAT DARI PEMUDANYA SEKARANG

“Beri aku sepuluh pemuda, maka aku merdekakan negeri ini dari para penjajah” kata Soekarno dan “Bapa di surga, beri hambamu ini 12 Murid, maka akan aku selamatkan manusia dari derita dan kehinaan” kata Yesus Kristus.

Kalimat yang sangat luar biasa, yang dapat menginspirasi diri ini untuk laku prihatin membuat perubahan-perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan ini. Perlu di camkan, bahwa yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang sangat mendasar didunia ini tidak memerlukan banyak orang, hanya segelintir orang yang tentunya dari golongan pemuda. Ada entry point, yang bisa didiskusikan disini yakni beberapa orang dan pemuda.

Segelintir manusia, yang tahu akan keadaan sekarang, yang memahami bahwa kondisi saat ini bila dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk kedepanlah yang bisa melakukan perubahan yang radikal untuk tatanan masyarakat yang lebih baik. Disini diperlukan wahana untuk saling melakukan pengembangan diskursus atau wacana, karena dari diskusi awal inilah saling memahami dan mendukung gerakan akan terjadi dengan sendirinya. Segelintir orang ini perlu melakukan kajian kajian rutin yang mendasar untuk memformulasikan pola perubahan apa yang dibutuhkan dimasyarakat saat ini . Oleh karenannya, bisa kita tengok dalam sejarah perkembangan peradaban, bahwa dunia ini harus berterima kasih kepada orang-orang yang “nyleneh” yang tentunya jumlahnya sedikit, yang mana mereka mau untuk menjadi mainstream bahkan dengan menjadi martir untuk perubahan ini. Makan perlu digaris bawahi, bahwa pertemuan-pertemuan rutin yang dilakukan oleh “manusia-manusia nyleneh” harus perlu dipupuk. Agar kehidupan ini menjadi lebih dinamis dan tentunya akan membawa pada perubahan yang memang kita inginkan.

Kedua adalah pemuda, pemuda adalah harapan semesta, tentunya disini definisi pemuda tidak hanya dilihat dari sudut pandang rentang usia, namun pemuda disini adalah sosok manusia yang memiliki semangat yang luar biasa untuk melakukan upaya-upaya perubahan bagi masyarakatnya. Ciri yang sangat mudah kita temui dari sosok pemuda adalah, sikap optimismenya. Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang tua, pemuda masih memiliki waktu untuk bisa mewujudkan cita-cita yang ada dalam benaknya. Masih ada rentang waktu untuk mewujudkan program tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan para golongan tua yang sudah tidak memiliki kesempatan waktu dan fisik yang prima untuk mewujudkan cita-citanya, makanya kecenderungan yang ada pada golongan tua adalah bersikap pragmatis dalam menghadapi kenyataan hidup ini. Bukannya untuk berani melakukan perubahan akan tetapi lebih memilih untuk bersikap nyaman dalam memandang kehidupan ini. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi, bahwa sebenarnya pemuda disini adalah konotasi, sebuah perumpamaan yang di lekatkan kepada semua orang, siapapun dia yang penting memiliki semangat optimis, progresif untuk melakukan perubahan, dan memberikan warna yang berbeda dalam kehidupan ini. Banggalah menjadi sosok minoritas (sedikit), yang memiliki sifat para pemuda idealis.


Laku Diri dalam Membentuk Integritas

INTEGRITAS DIRI JANGAN DIPERTARUHKAN

Semua orang adalah pemimpin, itu kata-kata bijak yang sering kita dengar apabila membahas pemasalahan individu ataupun organisasi. Maksud dari ungkapan ini “kemungkinan” dikarenakan peran dan fungsi yang harus di emban oleh seseorang dimanapun dia berada, baik pada ranah privat maupun publik. Tak heran, apabila permasalah integritas seseorang sebagai pribadi maupun sosok sosial tidak dapat dilepaskan dari kemampuan seseorang untuk bisa membawa diri dimanapun ia berada. Istilah yang sering kita dengar di masyarakat Jawa ya “empan papan ?”. Kita wajib tahu dan sadar akan semua yang akan kita kerjakan, sebagai misal kalau mau berangkat ke sekolah ya di niati untuk belajar, mencari ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dengan harapan kelak dengan ilmu yang kita dapati dari sekolah, kedepannya kehidupan kita akan lebih bermakna dan berarti, karena kita bisa memberikan banyak warna positif dalam kehidupan ini. Bukannya berangkat ke sekolah dengan tujuan mau berantem atau mau tawuran dengan sekolah lainnya. Begitu juga kalau kita punya niatan berangkat kerja (bagi yang sudah bekerja), ya komitmen untuk melakukan aktivitas kerja di dalam kantor atau tempat kerja kita. Jangan malah bermalas-malasan di kantor, atau malah tidur-tiduran bahkan lebih parah lagi tidur di tempat kerja. Wah kacau kalau ini terjadi. Bukan hanya hal ini berpengaruh pada dia pribadi yang memiliki performance atau kinerja yang buruk nan rendah, tentunya hal ini juga mempengaruhi kinerja teman-teman dikantor juga. Oleh karenannya, apabila memang kita tidak bisa memberikan yang terbaik untuk organisasi mendingan mundur atau kalaupun baru dalam keadaan kurang fit, ya mendingan minta istirahat di rumah atau di tempat-tempat pemulihan kesehatan.

Terus pertanyaan selanjutnya, apa kaitannya dengan integritas?

Ya jelas, bagi orang-orang yang tidak bisa memberikan yang positif bagi organisasinya, apalagi dalam kondisi yang serba sulit kok malah “nggondeli” tentunya hal ini akan membawa penilaian yang tidak baik dari teman-teman yang lainnya. Dan tentunya, hal ini akan membawa citra yang buruk bagi orang yang bersangkutan. Tak kalah estrimnya, maka integritas dia sebagai seseorang (apakah sebagai pekerja, atau yang lainnya) akan rendah. Tidak bisa dijadikan contoh apalagi suri tauladan yang baik. Semoga ini bisa menjadikan renungan bagi kita semua, semoga dalam kehidupan ini, kita bisa memberikan yang terbaik dimanapun kita berada. Terima kasih.