Monday, May 4, 2009

HEGEMONI INFORMASI DALAM PERGERAKAN

GERAKAN KEMAHASISWAAN DALAM BINGKAI HEGEMONI INFORMASI

Mahasiswa sering diidentikan dengan agen perubah, karena mereka memiliki kontribusi yang besar terkait segala perubahan dinegeri ini. Tidak dipungkiri bahwa mereka adalah kalangan “elit” karena proporsinya di negeri ini bisa dikatakan masih minim. Hal ini disebabkan oleh kondisi dunia pendidikan di negeri ini, kalau dilihat dari perspektif material masih mahal sehingga jauh dari jangkauan sebagian besar rakyat Indonesia. Kaum intelektual muda ini, adalah embrio bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Karena dari merekalah, kelak estafet kepemimpinan negeri ini akan diberikan. Dan ditangan merekalah komando negeri ini akan di suarakan.

Mahasiswa dan kampus adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduannya saling terkait dan mengaitkan diri. Kampus adalah kawah “condro dimuko” bagi mahasiswa, karena dikampus inilah sikap kritisme dalam memandang permasalahan di uarai bebas. Tidak seperti di jenjang pendidikan sebelumnya, apakah itu SMA, SMP, SD, TK apalagi Playgroup. Mimbar akademik, adalah forum yang sangat dihormati dalam dunia pendidikan, dan forum ini hanya dapat kita peroleh di kampus, tempat para mahasiswa yang notabenenya para intelektual muda menimba dan mengasah ilmunya.

Ada fenomena menarik, ketika kita sekarang memasuki wilayah kampus. Forum-forum mimbar bebas sudah sangat jarang kita temui. Sudah tidak ada diskusi-diskusi kelompok yang membahas fenomena kenegaraan dan peranannya untuk mengentaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan. Tidak adalagi, forum kritisisme mengenai kebijakan-kebijakan publik yang dibuat oleh para penguasa, karena mereka sekarang asik dengan dunia gemerlap, yang menyulap diri mahasiswa yang tangguh dan kritis menjadi sosok yang prakmatis dan hedonis. Mall , diskotik dan tempat-tempat hiburan adalah tujuannya, mereka hanya sibuk dengan urusan kuliah dan tidak tahu dan mencari tahu apakah ilmu yang dia pelajari memang benar-benar dibutuhkan atau cuma sekedar formalitas mencari gelar kesarjanaan.

Sungguh sangat ironi, mahasiswa yang seharusnya kritis dan peduli dengan derita masyarakat yang tertindas oleh sistem yang ada, sekarang menjadi sosok yang prakmatis dan hedonis. Coba kita tengok, di mall-mall atau di tempat-tempat hiburan yang ada, bisa dipastikan tempat ini lebih banyak dikunjungi oleh para mahasiswa dibandingkan di forum-forum study yang mengkritisi segala macam aspek kebijakan publik.

Bercermin pada realitas yang umum terjadi didunia kemahasiswaan sekarang ini, sesungguhnya siapa yang wajib di persalahkan? Mahasiswa itu sendirikah? Para akademisi yang mengkonsep dunia pendidikan yang mempatronkan mahasiswa dan tidak membebaskannya dari belenggu patron-klien. Ataukah semua ini adalah tanggung jawab pemerintah, terkhusus oleh menteri pendidikan nasional yang memang membidangi dunia pendidikan di negeri ini? Ataukah ada agenda tersembunyi dari pihak-pihak asing tertentu yang memang menginginkan dunia pendidikan kita seperti ini. Sehingga masa depan bangsa ini bisa mereka kendalikan, karena Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh negeri tercinta ini tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk melawan hegemoninya.

Sesuai dengan konsep kenegaraan, maka jawabannya jelas, bahwa yang paling bertanggung jawab terhadap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan sekarang ini, terkhususkan lagi mengenai dunia kemahasiswaan adalah pemerintah. Karena sesuai dengan konsepsi kontrak sosial, pemerintah adalah pihak yang diberikan kewenangan untuk mengatur individu-individu yang tergabung dalam negara ini. Pemerintah wajib untuk mengelola semua potensi sumber daya yang di miliki oleh negara ini. Apabila terjadi salah kelola terkait dengan sumber daya yang dimiliki oleh negara ini, maka jelas pemerintah yang harus bertanggung jawab. Mahasiswa sekarang dikebiri dengan sistem perkuliahan yang sangat-sangat memenjarakannya. Mahasiswa tidak berani untuk menentangnya, karena semua potensi yang ada dan yang dimilikinya dikerdilkan secara sistematik.

Pemerintah juga harus berani untuk mengendalikan media massa, terutama media informasi yang bertentangan dengan budaya bangsa ini. Janganlah kita terlalu latah untuk mengambil semua informasi yang ada, karena kita juga harus mengetahui bahwa tidak semua informasi yang beredar di dunia ini baik untuk pembentukan kepribadian yang unggul. Terkadang ada agenda terselubung yang didengungkan oleh pihak-pihak tertentu yang memang menginginkan kehidupan kenegaraan jadi berentakan.

No comments:

Post a Comment